Kamis, 23 Oktober 2014

meriview blog part 5


artikel ini mengenai ilmu yang mendukung tentang pertanian. ilmu-imu tersebut dapat membantu petani dalam menetuksn tanaman apa yang dapat ditanam pada musim-musim tertentu. dan mereka saling bekerja sama.

meriview blog part 4


blog yang saya riview ini tentang pertanian, memuat pertanian organik. begitub menarik blog ini. ternyata membuat tanaman organik terhindar dari bahan insektisida tidak rumit, bahkan termasuk mudah. dan banyak manfaatnya kita tidak menggunakan bahan insektisida dalam pengusiran hama-hama pengganggu tanaman organik kita. GO ORGANIC!!!.

meriview blog part 3



artikel yang saya review kali ini mengenai pertanian organik dan perawatannya. ini sangat menarik pengetahuan baru lagi-lagi saya dapat kan di artikel tersebut. ternyata sangat mudah untuk membuat tanaman organik kita terhindar hama tanpa menggunakan bahan insektisida yang dapat manghasilkan racun bila kita konsumsi. umtuk lebih jelasnya silahkan buka link diatas. terimakasih atelah berbagi ilmu. 

Rabu, 22 Oktober 2014

meriview blog part 2


blog tersebut tentang pertanian dan memuat berbagai kegiatan pertanian disuatu wilayah yang memiliki 4 musim. artikel-artikel yang dipost tersebut sangat menarik. berbagai pengetahuan baru saya dapatkan diartikel tersebut. terimakasih telah berbagi :) 

meriview blog part 1


artikel yang saya review tersebut mengenai pertanian. disini menjelaskan berbagai penanaman pohon dan bunga-bunga yang dapat tumbuh di 4 musim. dan pada musim-musim tertentu mereka menanam pohon dan bunga-buang yang dapat tumbuh cepat dan dapat bermekaran di musim panas. bunga-bunga yang mereka tanam begitu indah ketikaa bermekaran dan selayaknya dapat menyabut wisatawan asing yang berwisata diwilayah tersebut. begitu menarik. saya berterimakasih telah berbagi atas postingan tersebut.

meriview blog 5


who  :nunu yurfeski
what  :budaya
when  : 
why   :kebudayaan anak muda di zaman modern
how   :menarik dan cukup menghibur.

meriview blog 4


who   :melinda oktaviani
what   :Mawar Merah
when  :
why   :bunga mawar yang melambangkan sesuatu
how   :bagus dan menghibur

mweriview blog 3


who  : dwi prasetyo
what  :graffity
when  : 
why  :mendiskripsikan bahan membuat graffity
how  :bagus tpi kurang jelas.

meriview blog 2


who    : garist sekar tanjung
what   :Menjadi Pribadi yang Menyenangkan
when  :
why    : bagaimana cara kita menjalin pertemanan dan menjadi teman yang baik.
how    :bagus, menarik dan bermanfaat. like this post.. :)

meriview blog 1

http://lovesmileblue.blogspot.com/


who   :mega syaftiana
what  :10 keajaiban senyuman 
when : 
why   :untuk memberi pengetahuan tentang ajaibnya sebuah senyuman, walapun itu senyuman tipis.
how   :menarik, membuat orang antusias untuk membaca.

Rabu, 15 Oktober 2014

kebijakan pertanian pusat

menganalisis kebijakan pertanian pusat di Indonesia



A.        KEBIJAKAN PERTANIAN


Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan kesejahteraan petani meningkat. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, pemerintah baik di pusat maupun di daerah mengeluarkan peraturan-peraturan tertentu; ada yang berbentuk Undang-undang, Peraturan-peraturan Pemerintah, Kepres, Kepmen, keputusan Gubernur dan lain-lain. Peraturan ini dapat dibagi menjadi dua kebijakan-kebijakan yang bersifat pengatur (regulating policies) dan pembagian pendapatan yang lebih adil merata (distributive policies). Kebijakan yang bersifat pengaturan misalnya peraturan rayoneering dalam perdagangan/distribusi pupuk sedangkan contoh peraturan yang sifatnya mengatur pembagian pendapatan adalah penentuan harga kopra minimum yang berlaku sejak tahun 1969 di daerah-daerah kopra di Sulawesi.


Persoalan yang selalu tidak mudah diatasi adalah persoalan keadilan. Hampir setiap kebijakan jarang akan disambut dengan baik oleh semua pihak. Selau ada saja pihak yang memperoleh manfaat lebih besar dari pihak lainnya dan bahkan ada yang dirugikan. Itulah sebabnya masalah kebijakan pertanian bukanlah terletak pada banyak sedikitnya campur tangan pemerintah, tetapi pada berhasil tidaknya kebijakan itu mencapai sasarannya dengan sekaligus mencari keadilan bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu kebijakan pertanian yang lebih baik adalah yang dapat mencapai tujuan nasional untuk menaikkan produksi secara optimal dengan perlakuan yang adil pada pihak-pihak yang bersangkutan itu.




1.  Kebijakan Harga


Kebijakan  ini merupakan salah satu kebijakan yang terpenting di banyak negara dan biasanya digabung dengan kebijakan pendapatan sehingga disebut kebijakan harga dan pendapatan (price and economic policy). Segi harga dari kebijakan itu bertujuan untuk mengadakan stabilitas harga, sedangkan segi pendapatannya bertujuan agar pendapatan petani tidak terlalu berfluktuasi dari musim ke musim dan dari tahun ke tahun. Kebijakan harga dapat mengandung pemberian penyangga (support) atas harga-harga hasil pertanian supaya tidak terlalu merugikan  petani atau langsung mengandung sejumlah subsidi tertentu bagi petani. Di banyak negara seperti; Amerika Serikat, Jepang, dan Australia banyak sekali hasil pertanian seperti gandum, kapas, padi, dan gula yang mendapat perlindungan pemerintah berupa harga penyangga dan atau subsidi. Indonesia baru mulai mempraktekkan kebijakan harga untuk beberapa hasil pertanian sejak tahun 1969. Secara teoritis kebijakan harga yang dapat dipakai untuk mencapai tiga tujuan yaitu:


  1. stabilitas harga hasil-hasil pertanian terutama pada tingkat petani
  2. meningkatkan pendapatan petani melalui pebaikan dasar tukar (term of trade)
  3. memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi.




Kebijakan harga di Indonesia terutama ditekankan pada tujuan pertama yaitu Stabilitas harga hasil-hasil pertanian dalam keadaan harga-harga umum yang stabil berarti pula terjadi kestabilan pendapatan. Tujuan yang kedua banyak sekali dilaksanakan pada hasil-hasil pertanian di negara-negara yang sudah maju dengan alasan pokok pendapatan rata-rata sektor pertanian terlau rendah dibandingkan dengan penghasilan di luar sektor pertanian.


Tujuan yang kedua ini sulit untuk dilaksanakan di negara-negara yang jumlah petaninya berjuta-juta dan terlalu kecil-kecil seperti di Indonesia karena persoalan administrasinya sangat kompleks. Pada prinsipnya kebijakan harga yang demikian ini merupakan usaha memindahkan pendapatan dari golongan bukan pertanian ke golongan pertanian, sehingga hal ini bisa dilaksanakan dengan mudah di negara-negara yang sudah maju dan kaya, dimana golongan  penduduk di luar pertanian jumlahnya jauh lebih besar dengan pendapatan lebih tinggi dibanding golongan penduduk pertanian. Di negara-negara ini penduduk sektor pertanian rata-rata di bawah 10 persen dari seluruh penduduk, sedangkan di negara kita masih antara 60 persen-70 persen.


Tujuan kebijakan yang ketiga dalam praktek sering dilaksanakan oleh negara-negara yang sudah maju bersamaan dengan tujuan kedua yaitu dalam bentuk pembatasan jumlah produksi dengan pembayaran kompensasi. Berdasarkan ramalan harga, pemerintah membuat perencanaan produksi dan petani mendapat  pembayaran kompensasi untuk setiap kegiatan produksi yang diistirahatkan. Di negara kita, dimana hasil-hasil pertanian pada umumnya belum mencukupi kebutuhan, maka kebijakan yang demikian tidak relevan. Selain kebijakan harga yang menyangkut hasil-hasil pertanian, peningkatan pendapatan petani dapat dicapai dengan pemberian subsidi pada harga sarana-sarana produksi seperti pupuk/insektisida. Subsidi ini mempunyai pengaruh untuk menurunkan biaya produksi yang dalam teori ekonomi berarti menggeser kurva penawaran ke atas.










2.  Kebijakan Pemasaran  


Di samping kebijakan  harga untuk melindungi petani produsen, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan  khusus dalam kelembagaan perdagangan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan tekanan pada perubahan mata rantai pemasaran dari produsen ke konsumen, dengan tujuan utama untuk memperkuat daya saing petani. Di negara-negara Afrika seperti Nigeria dan Kenya apa yang dikenal dengan nama Badan Pemasaran Pusat (Central Marketing Board) berusaha untuk mengurangi pengaruh fluktuasi harga pasar dunia atas penghasilan petani. Badan pemasaran ini sangat berhasil di Inggris yang dimulai sesudah depresi besar tahun 1930 untuk industri  bulu domba, susu, telor dan kentang. Di Indonesia Badan Pengurusan Kopra, Badan Pemasaran Lada pada prinsipnya mempunyai  tujuan  yang sama dengan Badan pemasaran Pusat di Afrika dan Inggris.


Masalah yang dihadapi di Indoensia adalah kurangnya kegairahan berproduksi pada tingkat petani, tidak ada keinginan untuk mengadakan  penanaman baru dan usaha-usaha lain untuk menaikkan  produksi karena persentase harga yang diterima oleh petani relatif kecil dibandingkan dengan bagian yang diterima golongan-golongan lain.


Selain kebijakan pemasaran hasil-hasil tanaman perdagangan untuk ekspor, kebijakan ini meliputi pula pengaturan distribusi sarana-sarana produksi bagi petani. Pemerintah berusaha menciptakan  persaingan yang sehat di antara para pedagang dengan melayani kebutuhan petani seperti pupuk, insektisida, pestisida dan lain-lain sehingga petani akan dapat membeli sarana-sarana produksi tersebut dengan harga yang relatif tidak terlalu tinggi. Jadi disini jelas bahwa kebijakan  pemasaran merupakan usaha campur tangan pemerintah dalam bekerjanya kekuatan-kekuatan pasar. Di satu pihak pemerintah dapat mengurangi pengaruh kekuatan-kekuatan pasar supaya tidak terlalu merugikan pedagang dan petani, tetapi di pihak lain persaingan dapat didorong untuk mencapai efisiensi ekonomi yang tinggi. Dalam praktek kebijakan pemasaran dilaksanakan  secara bersamaan dengan kebijakan harga.




3.  Kebijakan Struktural


Kebijakan struktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki strukutur produksi misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan pengusahaan alat-alat pertanian yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya baik prasarana fisik maupun sosial ekonomi.


Kebijakan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang erat dari beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang dimaksud disini tidak mudah untuk mencapainya dan biasanya memakan waktu lama. Hal ini disebabkan sifat usahatani yang tidak saja merupakan unit usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan petani dengan segala aspeknya. Oleh karena itu tindakan ekonomi saja tidak akan mampu mendorong perubahan struktural dalam sektor pertanian sebagaimana dapat dilaksanakan dengan lebih mudah pada sektor industri. Pengenalan baru dengan penyuluhan-penyuluhan yang intensif merupakan satu contoh dari kebijakan ini. Kebijakan pemasaran yang telah disebutkan di atas sebenarnya dimaksudkan pula untuk mempercepat proses perubahan struktural di sektor pertanian dalam komoditi-komoditi pertanian. Pada bidang produksi dan tataniaga kopra, lada, karet, cengkeh dan lain-lain. Dalam kenyataannya pelaksanaan kebijakan harga, pemasaran dan struktural tidak dapat dipisahkan, dan ketiganya saling melengkapi.




4.  Kebijakan Pertanian dan Industri    


Ciri-ciri pokok perbedaan antara pertanian dan industri adalah:


  1. Produksi pertanian kurang pasti dan risikonya besar karena tergantung pada alam yang kebanyakannya di luar kekuasaan manusia untuk mengontrolnya, sedangkan industri tidak demikian.
  2. Pertanian memproduksi bahan-bahan makanan pokok dan bahan-bahan mentah yang dengan kemajuan ekonomi dan kenaikan tingkat hidup manusia permintaannya tidak akan naik seperti pada permintaan atas barang-barang industri
  3. Pertanian adalah bidang usaha dimana tidak hanya faktor-faktor ekonomi saja yang menentukan tetapi juga faktor-faktor sosiologi, kebiasaan dan lain-lain memegang peranan penting. Industri lebih bersifat lugas (zakelijk).




Ketiga ciri khusus pertanian ini nampak dalam teori ekonomi sebagai perbedaan dalam respons permintaan dan penawaran atas perubahan-perubahan harga.


Elatisitas harga atas permintaan dan penawaran hasil-hasil pertanian jauh lebih kecil daripada hasil-hasil industri. Misalnya elastisitas harga atas permintaan radio, buku-buku, mobil dan lain-lain, jauh lebih tinggi daripada elatisitas harga atas permintaan beras dan bahan pakaian. Hal ini disebabkan pendapatan sektor industri pada umumnya lebih tinggi daripada pendapatan sektor pertanian maka elastisitas pendapatan atas permintaan barang-barang hasil industri lebih besar daripada atas bahan makanan pokok.




5.  Pendapatan Penduduk Desa dan Kota


Perbedaan kebijakan antar sektor pertanian dan industri dapat dilihat pula dalam keperluan akan kebijakan yang berbeda antara penduduk kota dan penduduk desa. Perbedaan pendapatan antara penduduk kota dan penduduk pedesaan adalah sedemikian rupa sehingga mempunyai akibat dalam pola pengeluaran  konsumsi dan perilaku ekonomi lain-lainnya.


Ada tiga hal yang meyebabkan rata-rata pendapatan penduduk kota lebih tinggi dibanding penduduk desa yaitu:


  1. kestabilan dan kemantapan pendapatan penduduk kota lebih besar dibanding pendapatan penduduk desa
  2. lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan yang dapat mendorong kegiatan ekonomi di kota lebih banyak dibandingkan di desa
  3. lebih banyaknya fasilitas pendidikan dan kesehatan di kota yang memungkinkan rata-rata produktivitas tenaga kerja di kota lebih tinggi.


Salah satu upaya untuk mengurangi  perbedaan pendapatan ini adalah dengan menambah persediaan modal di desa serta mengurangi jumlah tenaga kerja di pedesaan dan diserap bagi lapangan industri di kota-kota. Dengan lebih banyaknya investasi di desa misalnya dalam alat-alat pertanian yang lebih modern, huller , traktor dan juga dalam pembangunan-pembangunan prasarana fisik seperti jembatan-jembatan baru, bendungan irigasi dan lain-lain maka timbul adanya keperluan akan peningkatan keterampilan tenaga kerja. Seorang petani yang mengerjakan sawah dengan bajak atau traktor dalam waktu yang sama akan mampu menyelesaikan luas sawah yang lebih besar daripada petani lain yang hanya menggunakan cangkul. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya adalah:


  1. Adanya tambahan modal yang berupa pajak dan ternak serta mesin traktor pada petani pertama
  2. Adanya keahlian dan keterampilan khusus yang diperlukan  oleh petani yang menjalankan bajak atau traktor itu.


Kedua unsur inilah yang menimbulkan perbedaan  produktivitas tenaga kerja.

sumber:  http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4415/Permasalahan dan Kebijakan di Bidang Pertanian.doc

pertanian berbasis kearifan lokal mulai di tinggalkan

pertanian berbasis kearifan lokal


indonesia sebagai negara agraris,  dan sektor pertanian sebagai sektor setrategis. 
PETANI BERBASIS KEARIFAN, DEMI PENGENTASAN KEMISKINAN.Kearifan merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam memandang dunianya dan mewujudkan tingkah laku serta kebiasaan yang sesuai dengan lingkungan. Di dalam pemberdayaan petani kearifan sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan ini, tak terkecuali para petani masih kurang untuk menggunakannya. Yang berkembang di masyarakat pertanian pada dasarnya merupakan strategi adaptasi yang memang muncul dari dalam diri masyarakat pertanian itu sendiri dalam membenahi masalah sosial yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat itu sendiri, kearifan merupakan bentuk hasil dari interaksi masyarakat pertanian dengan lingkungannya, sehingga sangat diperlukan dalam masyarakat pertanian dalam mengatasi masalah itu secara mandiri. Kearifan menjadi inti dari usaha menuntaskan kemiskinan yang ada yang tumbuh biasanya di masyarakat pertanian, sebagai program pengentasan kemiskinan yang nantinya sangat berguna sekali untuk masyarakat pertanian. Pada kehidupan masyarakat pertanian tidak dapat dipisahkan dari kearifan. Karena itu pemberdayaan masyarakat pertanian berbasis kearifan sangat penting dan perlu di terapkan di kehidupan sehari-hari untuk mengentaskan masalah kemiskinan yang biasanya dialami oleh petani-petani di Negara kita. Konsep kearifan lokal atau kearifan tradisional atau sistem pengetahuan lokal (indigenous knowledge system) adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal-balik antara masyarakat dengan lingkungannya. Namun di negara kita sendiri menurut beberapa sumber petani kita kini mulai meninggalkan kearifan lokal, akibatnya mengancam produktivitas pertanian. Untuk itu kita harus gencar meberdayakan petani agar kembali kepada ‘khas’ lama yang telah lama berkembang.
 Pemahaman petani tentang gejala-gejala alam yang datang sebagai pertanda akan datangnya musim hujan atau musim kemarau sehingga petani bisa mempersiapkan atau memikirkan kira-kira tanaman apa yang bisa mereka tanam ketika kedua musim itu datang,termasuk didalamnya budidaya dan pengelolaan spesifik. Atau bisa dengan membaca kejadian-kejadian yang ditunjukkan makhluk hidup apabila akan datang bencana,jadi petani bisa meperhitungkan segala sesuatunya. Sebagai contoh tidak adanya lagi penerapan kearifan lokal dapat dilihat dari penanaman satu jenis tanaman secara berulang dan terus menerus (monokultur), penamanan tidak serempak penyederhanaan jenis tanaman, dan sebagainya. Petani beranggapan dengan penanaman satu jenis tanaman bisa lebih mudah pengelolannya. Padahal alam telah menyediakan lahan yang begitu banyak agar bisa ditanami berbagai macam tanaman jangka panjang. kita harus mulai mengajak petani untuk mengubah pola pikir mereka dengan menerapkan sistem pertanian berbasis kearifan lokal agar bisa mendatangkan keuntungan bagi mereka sendiri. Keterlibatan pemerintah juga sangat penting sebagai pembuat kebijakan agar sistem pertanian indonesia bisa berjalan lebih baik lagi.


 sumber:  http://bppngancarkediri.blogspot.com



blog ini tentang pertanian, maka dari itu saya akan meposting yang berkaitan tentang pertanian.

postingan pertama akan saya ceritakan tantang pupuk kandang dari limbah sapi.



MEMBUAT PUPUK KOMPOS DARI KOTORAN SAPI




Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos ini adalah kotoran sapi dan bahan seperti serbuk gergaji atau sekam, jerami padi dll, yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos, selain ditambah serbuk gergaji, atau sekam, jerami padi dapat juga ditambahkan abu dan kalsit/kapur. Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak di petani/peternak juga memiliki kandungan nitrogen dan potassium, di samping itu kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos.

Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah dilakukan petani secara optimal di daerah-daerah sentra produk sayuran. Sayangnya masih ada kotoran ternak tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya harga pupuk non organik (kimia) dapat diatasi dengan menggiatkan kembali pembuatan dan pemanfaatan pupuk kompos.

Proses
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Bahan yang diperlukan adalah kotoran sapi : 80 – 83%, serbuk gergaji (bisa sekam, jerami padi dll) : 5%, bahan pemacu mikroorganisame : 0.25%, abu sekam : 10% dan kalsit/kapur : 2%, dan juga boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, serta kotoran ayam 25 %

Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Prosesing pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (fases dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai ¬+ 60%, kemudian kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi 1 tempat pembuatan kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll, serta abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya seluruh bahan campuran diaduk secara merata. Setelah satu minggu di lokasi 1, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai 70 derajat celcius untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma.

Manfaat Pupuk Organik Kotoran Sapi Untuk Lahan Pertanian

Agar kotoran sapi tidak terbuang dengan sia – sia, maka kotoran ini dimanfaatkan sebagai kompos organik yang baik untuk pembenahan tanah dan dapat meningkatkan produksi tanaman. Ada beberapa keuntungan yang di peroleh dari upaya memanfaatkan kotoran hewan untuk dijadikan kompos, 1) kandang menjadi lebih bersih dan sehat, 2) kotoran yang dikumpulkan mengurangi pencemaran lingkungan, 3) mengurangi populasi lalat di sekitar kandang, 4) pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposisi berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos, 5) secara langsung kompos digunakan untuk lahan pertanian atau dapat dijual. Adapun manfaat kompos organik untuk lahan pertanian yaitu :


1. Mampu menggantikan penggunaan pupuk kimia atau mengurangi biaya produksi.

2. Bebas dari biji tanaman liar (gulma).

3. Tidak berbau dan mudah digunakan.

4. Menyediakan unsur hara yang seimbang dalam tanah.

5. Meningkatkan populasi mikroba tanah sehingga struktur tanah tetap gembur.

6. Memperbaiki pH tanah.

7. Meningkatkan produksi berbagai tanaman antara 10-30%.

Penutup

Banyak manfaat yang bisa didapatkan jika para peternak sapi memanfaatkan kotoran sapi yaitu dapat dijadikan bahan pembuatan kompos, dalam hal ini kompos dapat dijadikan pupuk organik untuk dijual, yang akan menambah pendapatan peternak sapi dan sangat baik digunakan untuk lahan pertanian.